|
|
Cilacap
Bercita-cita Menjadi Kota Nelayan Terbesar di Indonesia
Jika Cilacap
terealisasi sebagai Kota Nelayan, maka industri yang berkaitan dengan
keperluan nelayan akan berkembang pesat. Bakal tersedia berbagai sarana
dan peralatan perikanan, mulai dari kapal berukuran kecil sampai jaring
dan alat-alat penangkap ikan modern.
Sesuai dengan mottonya Jala Bhumy Wijaya Kusuma Cakti, jala berarti
air, bhumy adalah tanah daratan, wijaya kusuma berarti bunga dan cakti
adalah kejayaan, maka simbol kota yang terletak paling selatan di Pulau
Jawa itu bermakna kemampuan membudidayakan bumi, laut, air untuk kemakmuran.
Dan falsafah inilah yang senantiasa dijunjung tinggi oleh segenap penduduk
dan pejabat Cilacap, demi mencapai apa yang mereka cita-citakan bersama.
Cilacap adalah salah satu Kabupaten Daerah Tingkat II dari 35 Dati II
yang memiliki wilayah terluas di Jawa Tengah. Dalam memasuki awal milenium
ketiga serta menuju era globalisasi, Cilacap secara khusus mulai menata
sektor perikanan.
Untuk menggapai rencana tersebut, mulailah dilakukan pendekatan-pendekatan
dengan berbagai pihak, termasuk pengusaha, agar ikut ambil bagian menjadikan
Cilacap sebagai kota nelayan terbesar di Indonesia. Sehubungan dengan
hal tersebut, Pemerintah Daerah Tingkat II Cilacap memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada investor untuk berpartisipasi dalam pembangunan
daerah
lewat pelayanan serta kemudahan yang berkaitan dengan penanaman modal.
Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai fasilitas pendukungnya sudah
tersedia seperti sarana perhubungan laut, darat, udara, telekomunikasi
dan akomodasi. Pemerintah semakin mengarahkan pada upaya peningkatan
keterlibatan swasta, sebab
peranannya sangat dominan berkaitan dengan pemanfaatan atau potensi
yang ada, yang membutuhkan investasi yang tidak mungkin dibiayai pemerintah.
Memang Kabupaten Cilacap sangatlah potensial menjadi kota nelayan terbesar
di negeri ini, karena selain punya kawasan zona industri dan pariwisata,
Cilacap dalam sejarahnya, terkenal karena pelabuhan lautnya. Pelabuhan
Cilacap dibangun pada tahun 1888 oleh Bupati RMAA Tjakrawerdaya. Sebelum
Perang Dunia II, Pelabuhan Cilacap termasuk salah satu di antara lima
pelabuhan terbesar di Indonesia dan merupakan satu-satunya pelabuhan
di pantai selatan Pulau Jawa.
Akibat Perang Dunia II, banyak kapal-kapal yang tenggelam atau ditenggelamkan
di perairan pelabuhan antara lain SS Sipora, SS Barens, SS Pasir, floating
dock dan masih banyak lagi, yang jumlahnya lebih dari 30 buah. Sampai
tahun 1960 masih terdapat kekuatiran akan ancaman bahaya bagi kapal-kapal
yang keluar-masuk pelabuhan tersebut. Baru pada tahun 1961 dilakukan
survei dan pembersihan perairan pelabuhan dari kerangka-kerangka kapal
yang tenggelam. Pelabuhan Cilacap dibenahi secara terus-menerus untuk
meningkatkan fungsi pelabuhan sebagai terminal laut yang tangguh dan
sebagai daerah pengembangan industri dan ekonomi yang mantap. Barulah
pada tanggal 18 Juni 1969, Pelabuhan Cilacap ditetapkan sebagai pelabuhan
laut yang dibuka untuk perdagangan umum luar negeri. Dan tanggal 13
Desember 1980, Pelabuhan Cilacap ditetapkan sebagai pelabuhan Kelompok
A, dapat melayani kegiatan bongkar-muat barang maupun hewan, keluar-masuk
kapal 24 jam sehari semalam. Alhasil, pada 24 Oktober 1983, berdasarkan
surat keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 200/OT/001/PHB.83, Pelabuhan
Cilacap ditetapkan menjadi Pelabuhan Kelas
II dalam lokasi Provinsi Jawa Tengah. Wilayah Cilacap secara geografis
berada pada batas-batas, di selatan dengan Samudera Indonesia, sebelah
barat Provinsi Jawa Barat, sebelah utara Kabupaten Banyumas, Kabupaten
Brebes, dan sebelah timur dengan Kabupaten Kebumen. Sedangkan pertumbuhan
ekonomi selama lima tahun tercatat rata-rata per tahun 8,8 persen atas
harga berlaku.
Bupati Kepala Daerah Tingkat II Cilacap H Herry Tabri Karta SH, dalam
percakapan dengan Pembaruan memaparkan rencana besar pengembangan daerahnya.
Selain Cilacap dikenal sebagai Kota Industri, Kota Perdagangan, Kota
Pusat Administrasi Pemerintahan Daerah Tingkat II dan Kota Pelabuhan
Samudera, kini tengah
dipersiapkan Cilacap sebagai Kota Nelayan. Rencana besar itu sangat
mungkin dilaksanakan mengingat Cilacap sudah berbenah diri sejak beberapa
tahun lalu. Di tahun 2000 ini, mudah-mudahan rencana
tersebut bisa terlaksana, mengingat nelayan yang ada sekarang berjumlah
21.000 orang yang tersebar di seputar pantai Cilacap.
Maka rencana besar ini sah-sah saja mengingat potensi daerahnya cukup
mendukung. Untuk itulah Bupati Herry Tabri Karta tengah menyusun master-plan
dan bahkan master-plan ini akan dijual kepada para investor. Master-plan
dibuat oleh konsultan audit. Rencananya, bulan Februari atau Maret tahun
2000, para investor
akan datang ke Cilacap untuk melihat dan melakukan lobi-lobi dengan
pejabat pemerintah setempat.
"Mengapa saya inginkan Cilacap jadi Kota Nelayan? Sebabnya, kini
di Cilacap sudah ada tiga pabrik es. Satu di antaranya milik perusahaan
dari Taiwan dan dua lagi milik pengusaha Indonesia," kata Herry.
Rencana besar bupati tersebut perlu diberikan acungan jempol karena
akan sangat menguntungkan bagi kehidupan nelayan khususnya dan pemerintah
daerah pada umumnya.
Dengan terwujudnya Cilacap sebagai Kota Nelayan, diharapkan akan berkembang
berbagai industri yang berkaitan dengan keperluan para nelayan. Kelak
akan tersedia berbagai peralatan mulai dari kapal berukuran kecil sampai
keperluan jaring dan alat-alat penangkap ikan modern, yang sangat dibutuhkan
nelayan. Seandainya rencana tersebut berjalan lancar, kata bupati lagi,
nelayan bisa memiliki kapal bersama, sehingga mereka dapat membagi hasilnya
secara merata.
Rencana menjadikan Cilacap sebagai Kota Nelayan, tentunya berdampak
sangat luas dan positif bagi masyarakatnya. Obsesi Bupati Herry agar
daerahnya semakin maju dan terkenal dengan menjadikan Cilacap sebagai
kota nelayan, tentu saja merupakan ide cemerlang. Herry sendiri berpendapat,
daripada tidak berbuat sama
sekali, lebih baik berani mengemukakan pendapat atau ide-ide, yang dilanjutkan
dengan pelaksanaan.
Yang jelas, rencana tersebut haruslah tetap berjalan. Untuk itu, sedang
dibuat master-plan pelabuhan ikan oleh kelompok arsitek di Semarang.
Kelak, apabila dermaga pelabuhan ikan ini terwujud, terbukalah Cilacap
jadi wilayah pengembangan bagi investor dan bahkan investor akan berlomba-lomba
masuk Cilacap.
Dulu, kata Bupati, Ford pernah berkeinginan membuka industri mobilnya
di Cilacap. Tapi karena ada masalah Timor-Timur, akhirnya ia mundur.
Yang jelas, kalau Kota Nelayan berhasil tercipta, maka dengan sendirinya
wilayah Cilacap secara berangsur-angsur semakin makmur karena pertumbuhan
ekonomi akan mengikuti
perkembangan yang terjadi. Sekarang, pemerintah daerah Cilacap berkonsentrasi
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Misalnya di daerah ini,
dibangun kawasan industri mobil atau
elektronik. SDM-nya pun harus siap dan tersedia. Sesuai rencana, biarkan
pengusaha asing atau pribumi yang punya modal membangun Cilacap. Kita
hanya menyediakan SDM-nya, kata Herry.
Dengan demikian, pengangguran paling tidak dapat teratasi. Sebab, di
Kabupaten Cilacap ada sekitar 76.000 penganggur, di antaranya 11.000
sarjana. "Mau dikemanakan mereka? Sarjana saja mau jadi tukang
sapu karena tidak ada pekerjaan. Bahkan ada insinyur terpaksa bekerja
hanya sebagai tukang memindahkan
kaleng di sebuah pabrik," katanya.
Industri yang ada sekarang di Cilacap hanya membutuhkan tenaga kerja
3.000 orang dan tahap pertama hanya 300 orang. Kesempatan tersebut tidak
mampu menampung jumlah penganggur yang mencapai puluhan ribu itu. Cilacap
sebenarnya kaya, sebagai kota kabupaten tingkat II, sudah memiliki pelabuhan
udara, laut, perikanan, dan sarana-sarana pendukungnya serta hotel-hotel
berbintang. Oleh karena itu, Cilacap juga sebenarnya bisa berkembang
lebih pesat lagi kalau pemanfaatan alamnya terkelola dengan baik dan
terencana.
Banyak orang belum tahu bahwa pelabuhan laut yang terbaik di bagian
selatan Asia Tenggara adalah Cilacap karena merupakan pelabuhan alam.
Jadi, inilah yang harus dipertahankan, mengingat pentingnya pelabuhan
laut di kawasan Cilacap. Bahkan merupakan pelabuhan laut yang menyimpan
sejarah. Masalah pemeliharaan pelabuhan laut dengan melakukan pengerukan
hanyalah masalah kecil
saja. Coba lihat di Jepang atau Belanda, sungai-sungainya dipelihara
secara rutin.
Tentang pertanian, menurut Herry Tabri, daerahnya sebagian besar merupakan
daerah rawa dan rawan banjir. Itu sebabnya daerah ini kalau dijadikan
sawah, tidak akan menguntungkan. Bupati malah bertanya, negara agraris
mana yang kaya di dunia ini? Negara yang kaya adalah negara industri.
Kalau hanya mengandalkan pertanian atau perkebunan saja, tidak mungkin.
Apalagi tingkat penganggurannya tinggi.
Sebab itu yang paling pas adalah menjadikan Cilacap sebagai kota nelayan
dengan didukung oleh industri perikanan. Kini sekitar 100-200 ton ikan
per hari hasil yang diperolah nelayan Cilacap. Bahkan produksinya masih
bisa ditingkatkan. Dengan tersedianya fasilitas dan pendukung seperti
Tempat Pelelangan Ikan (TPI), ada pabrik es, bahan bakar minyak dan
beberapa industri perikanan, tentulah sangat membantu nelayan. Nelayan
yang ada sekarang masih kekurangan dan bahkan masih tradisional dan
kurang memahami cara-cara menangkap ikan yang benar, kurang pengetahuan
tentang cuaca, dan paham bermanajeman. Kalau ini semua sudah ditingkatkan,
mereka kelak akan menjadi nelayan profesional.
Untuk menempa nelayan-nelayan profesional, Pemda Cilacap telah menyiapkan
dana anggaran dari APBD, dengan membuat Sekolah Nelayan. Sekolah inilah
yang bakal menjadi tempat untuk menempa dan mendidik serta membentuk
dan meningkatkan kualitas anak-anak nelayan yang bakal menjadi generasi
penerus di abad 21,milenium ketiga. Herry Tabri mengatakan, sudah dicoba
kerja sama dengan beberapa investor guna membantu sekolah nelayan tersebut.
Masalah ini pun sudah dibuatkan master-plan-nya. Yakni bagaimana dan
di mana tempatnya yang paling baik dan tepat. Bupati berkesimpulan,
tempat yang terbaik adalah di Desa Jetis, terletak
di ujung Cilacap sekitar 25 menit perjalanan dengan kendaraan roda empat
dari pusat kota. Daerah Jetis ini dinilai memiliki lahan yang baik untuk
membangun sekaligus dengan Pelabuhan Perikanan Nusantara Cilacap II
(PPNC). Karena pelabuhan perikanan Nusantara Cilacap I yang terletak
di Cilacap, sudah tidak memungkinkan, sehingga perlu dibangun PPNC II.
Dari sekitar 21.000 nelayan yang ada di Cilacap, sebagian besar mangkal
di Pantai Teluk Penyu, yang merupakan daerah wisata pantai bagi masyarakat
sekitarnya. Bahkan kini Pantai Teluk Penyu semakin berbenah dengan munculnya
pondok-pondok nelayan, yang dibangun sebagai tempat beristirahat atau
tempat
transaksi bagi nelayan. Sudah ada pula kios-kios nelayan yang menjual
ikan basah dan ikan-ikan asin serta cenderamata berupa kerang-kerang
laut, penyu serta berbagai jenis ikan-ikan laut yang dikeringkan. Wartawan
Pembaruan yang melihat berbagai kegiatan nelayan di Teluk Penyu, menyaksikan
ratusan perahu-perahu nelayan yang berjejer rapi, ditambatkan di tepi
pantai. Sementara itu, sejumlah nelayan yang sejak pagi buta melaut,
secara pergantian siang itu mendarat di Teluk Penyu dengan membawa hasil
tangkapan
berbagai jenis ikan. Sayangnya, menurut beberapa nelayan, cuaca buruk
yang melanda daerah pantai selatan menyebabkan mereka kurang beruntung.
Jumlah tangkapannya sangat sedikit.
Di perkampungan nelayan Teluk Penyu terlihat rumah-rumah nelayan yang
cukup baik dan bersih. Di depan beberapa rumah nelayan, tampak nelayan
yang asyik menganyam jala atau sedang membetulkan jala dan perlengkapan
perahu. Sekitar enam orang nelayan siang itu sedang mengangkat bersama
sebuah perahu
yang baru pulang dari laut untuk diparkir di darat. Semangat gotong-royong
dan senasib-sepenanggungan di antara para nelayan tampak sangat kental.
Perahu-perahu berjejer dengan berbagai warna bendera, termasuk bendera
partai idolanya masing-masing, terlihat di pantai yang menambah suasana
khas Teluk Penyu. Sebagian sanak-keluarga nelayan berjualan minuman
dan makanan serta menjajakan berbagai jenis ikan asin atau buah dan
layang-layang kepada
pengunjung.
Bupati mengungkapkan, seharusnya nelayan-nelayan itu tidak lagi diperbolehkan
beroperasi serta menambat perahu-perahu di Pantai Teluk Penyu. Situasi
ekonomi sekarang ini menyebabkan nelayan enggan pindah ke tempat lain.
Apa boleh buat, yang penting mereka tidak mengganggu alur lalu lintas
keluar-masuknya kapal-kapal besar ke pelabuhan samudera. Nelayan mematuhi
aturan yang diberikan
pihak pemda. Namun demikian, ada saja yang tetap bandel. Sekitar 330
kapal-kapal tradisional berlabuh di dermaga PPNC I. Banyak juga
nelayan penangkap ikan hanya bertindak sebagai buruh nelayan. Sebab
perahu atau kapal yang digunakan masih milik orang-orang kaya. Hasil
tangkapan dibagi dua dengan pemilik kapal.
Sebenarnya, nelayan Cilacap tidak susah. Buktinya, kehidupan kini lebih
baik dan maju. Apalagi sekarang ada program pendidikan berupa sekolah
nelayan. Kalau dulu tidak ada pembinaan, kini hidup mereka semakin maju
dan berkembang. Itu sebabnya mereka perlu dibentuk, khususnya bagi generasi
penerus, yaitu anak-anak yang bakal jadi nelayan-nelayan profesional.
Bupati Herry sangat bersemangat menceritakan gagasan-gagasannya. Namun,
alangkah baiknya jika rencana tata-kota Cilacap disertai pembangunan
jalan tol agar kota
nelayan dapat dicapai dengan mudah. "Ya, ide jalan tol memang sangat
diperlukan, tapi masalahnya tidak ada uang," ujarnya.
Kalau ada jalan tol yang dibangun dari perbatasan Jawa Barat, akan lebih
menguntungkan bagi Cilacap yang berencana menjadi Kota Nelayan. Dengan
adanya jalan tol, pasti di kiri kanan jalan dengan sendirinya akan bertumbuh
perekonomian rakyat. Cilacap sangat luas daerahnya, yaitu sekitar 225.360.840
hektare. Terdiri dari satu kota administratif dan empat wilayah pembantu
bupati dengan 23 kecamatan dan 282 desa/kelurahan. Sedangkan penduduknya,
sesuai data pemda tahun 1996, berjumlah 1.617.772 jiwa terdiri atas
808.321 pria dan 809.451 perempuan.
Pemerintah Daerah Cilacap juga tengah mengembangkan wisata Panci Mas
singkatan dari Pangandaran-Cilacap-Banyumas. Paket tersebut, menurut
Bupati, akan dikembangkan mengingat sektor pariwisata sangat mendukung
dan Paket Panci Mas merupakan paket wisata yang bisa dijual kepada wisatawan
dalam negeri dan mancanegara. Akan halnya wisata pantai Permisan di
Nusakambangan, akan dikembangkan pula menjadi daerah wisata alam. Berbagai
gagasan cemerlang pejabat nomor satu Cilacap ini sedang disusun master-plan-nya.
Tentu saja, rencana yang bagus di atas kertas, hanya akan menjadi bermakna,
jika benar-benar bisa memberikan kesejahteraan dan hidup yang lebih
baik lagi kepada penduduknya. Itulah yang memang ditunggu-tunggu oleh
masyarakat Cilacap dengan menjadikan daerahnya sebagai Kota Nelayan.
Sumber:
Suara Pembaruan
|
|
|